Sabtu, 25 Juni 2011

Dampak Perceraian Pada Anak

BAB I
PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang
Perceraian ialah putusnya ikatan perkawinan antara suami istri karena atas dasar ada sesuatu permasalahan yang di anggap mengakibatkan hubungan mereka sudah tidak dapat dilanjutkan lagi karena merasa bahwa itu merupakan jalan terbaik.
Perceraian memang tidak selamanya adalah kesalahan dalam kehidupan manusia. Kadang perceraian merupakan jalan keluar terbaik baik bagi suami maupun istri. Namun demikian, titik penting kelanggengan perkawinan dengan kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera adalah demi kehidupan masa depan yang akan dijalani oleh para penerus dari manusia itu sendiri. Segala apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga setiap individu akan tersimpan dalam memori dan teraktualkan ke dalam perilaku kesehariannya. Kehancuran keluarga akan berdampak gangguan kepribadian dan gangguan kejiwaan pada generasi berikutnya (Gottman & Silver, 2001)
Dari kutipan di atas dipahami bahwa perceraian akan berdampak pada generasi berikutnya, Dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan dampak yang terjadi pada anak selaku generasi berikutnya ketika perceraian itu terjadi dalam sebuah rumah tangga.










BAB II
PEMBAHASAN
DAMPAK PERCERAIAN PADA ANAK
Banyak sekali dampak negatif perceraian yang bisa muncul pada anak. “Marah pada diri sendiri, marah pada lingkungan, jadi pembangkang, enggak sabaran, impulsif,”. Bisa jadi, anak akan merasa bersalah (guilty feeling) dan menganggap dirinyalah biang keladi atau penyebab perceraian orangtuanya.
Dampak lain adalah anak jadi apatis, menarik diri, atau sebaliknya, mungkin kelihatan tidak terpengaruh oleh perceraian orangtuanya. “Orangtua harus harus hati-hati melihat, apakah ini memang reaksi yang wajar, karena dia sudah secara matang bisa menerima hal itu, atau hanya pura-pura.” Anak juga bisa jadi tidak pe-de dan takut menjalin kedekatan (intimacy) dengan lawan jenis. “Ke depannya, setelah dewasa, anak cenderung enggak berani untuk commit pada suatu hubungan. Pacaran-putus, pacaran-putus.” Self esteem anak juga bisa turun. “Jika self esteem-nya jadi sangat rendah dan rasa bersalahnya sangat besar, anak bisa jadi akan dendam pada orangtuanya, terlibat drugs dan alkohol, dan yang ekstrem, muncul pikiran untuk bunuh diri. Apalagi jika anak sudah besar dan punya keinginan untuk menyelamatkan perkawinan orangtuanya, tapi tidak berhasil. Ia akan merasa sangat menyesal, merasakan bahwa omongannya tak digubris, merasa diabaikan, dan merasa bukan bagian penting dari kehidupan orangtuanya.” Perasaan marah dan kecewa pada orangtua merupakan sesuatu yang wajar,  “Ini adalah proses dari apa yang sesungguhnya ada di hati anak. Jadi, biarkan anak marah, daripada memendam kemarahan dan kemudian mengekspresikannya ke tempat yang salah,”
Dan memang, tidak diragukan lagi bahwa perceraian memang memiliki dampak negatif yang sangat serius terhadap kehidupan seseorang, juga masyarakat secara umum, yang diantaranya:
1. Hilangnya kesempatan bagi suami istri untuk berbuat ihsan dalam bersabar menghadapi beragam masalah rumah tangga yang akan rnendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat.
2. Hancurnya mahligai rumah tangga yang telah dibangun suami dan terpecah belahnya anggota keluarga. Ibarat seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali.
3. Berbagai perasaan cemas dan takut yang muncul menimpa suami manakala berkeinginan untuk menikah lagi. Bahkan, tidak mustahil dia akan merasa kesulitan mengumpulkan modal untuk menikah. Tidak jarang pula para orang tua merasa khawatir untuk menikahkan putri mereka dengannya setelah perceraiannya dengan istri pertama. Hingga akhirnya dia tetap membujang selamanya.
4. Kembalinya para wanita yang telah dicerai ke rumah orang tua atau wali mereka; bahkan ke rumah orang lain. Hal ini tentu akan menjadi beban mental bagi mereka maupun para wali. Sebab, menetap di rumah orang tua maupun para wali setelah diceraikan suami, tidak sama dengan ketika masih gadis sebelum menikah. Ini adalah satu hal rnyang sangat dipahami wanita.
5. Sangat sedikit kemungkinan bagi para lelaki untuk menikahi wanita yang telah menjadi janda setelah diceraikan suaminya. Tidak mustahil, setelah bercerai, sang wanita tetap menjadi janda, tidak bersuami. Tentu hal ini mendatangkan berbagai kerusakan dan tekanan batin bagi wanita tersebut sepanjang hayatnya.
6. Jika ternyata wanita yang diceraikan memiliki anak, maka persoalan menjadi semakin runyam. Sebab, tidak jarang anak-anaknya yang tinggal bersama di rumah para wali wanita akan mengalami berbagai macam permasalahan dalam berinteraksi dengan anak-anak kerabat atau wali wanita tersebut.
7. Tidak jarang sang ayah mengambil anak dari ibunya dengan paksa, hingga ibu tidak pernah lagi dapat melihatnya; apalagi jika bapak dari anak-anak ini bertemperamen keras, pasti berpisah dengan anaknya akan sangat menyakitkan hatinya.
8. Semakin menjauhnya ayah dari anak-anaknya. Bisa jadi disebabkan anak-anak tinggal bersama ibu mereka ataupun disebabkan kesibukannya dengan istri baru yang biasanya tidak begitu memperhatikan anak-anaknya ketika tinggal bersama ibu tiri. Akhirnya sang bapak menuai dosa besar karena menyia-nyiakan anaknya. Padahal, Rasulullah bersabda:
Setiap kalian adalah pemimpin, dan tiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya terhadap yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggung jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya… ” (HR Bukhari, Kitabun Nikah no 5188 )
9. Terlantarnya anak-anak disebabkan jauhnya dari ayah mereka dan kesulitan ibu untuk mendidik mereka sendirian. Hal ini akan menjerumuskan mereka bergaul dengan teman-teman yang buruk perangainya. Apalagi pada zaman yang penuh dengan fitnah dan tipu daya ini, tidak jarang anak-anak yang terlantar ini terjerumus ke lembah syahwat dan perzinaan, ataupun mengkonsumsi obat-obat terlarang, sehingga rnakhirnya mereka menjadi sampah masyarakat. Tentulah hal ini sangat tidak diinginkan oleh setiap orang tua yang masih memilki akal sehat dan kehormatan, sebab akan mencoreng arang di muka mereka.
10. Banyaknya kasus perceraian di masyarakat akan menghalangi banyak pemuda dan pemudi untuk menikah, karena ketakutan mereka terhadap kegagalan dan prahara dalam berumah tangga, yang akhirnya melahirkan sikap traumatis. Tentu hal ini akan mendatangkan bahaya besar bagi masyarakat ketika mereka (para pemuda) terpaksa menyalurkan kebutuhan biologisnya kepada hal-hal yang diharamkan syariat, semisal seks bebas, homoseks, lesbi dan penyimpangan seks lainnya.
Perceraian ialah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta benda masing-masing yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. BDampak perceraian Dalam pandangan agama (Islam), perceraian adalah sesuatu yang dihalalkan (boleh) tetapi dibenci oleh Allah, atau dengan kata lain sebagai pintu darurat. Hal ini dapat dipahami karena besarnya dampak perceraian yang tidak hanya menimpa suami-istri, tetapi juga anak-anak. Anak-anaklah yang sangat merasakan pahitnya akibat perceraian kedua orang tuanya. Perkembangan psikologi anak-anak brokenhome yang tidak sehat, seringkali berujung dengan narkoba.
Kurangnya perhatian orang tua (tunggal) tentu akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Merasa kasih sayang orang tua yang didapatkan tidak utuh, anak akan mencari perhatian dari orang lain atau bahkan ada yang merasa malu, minder, dan tertekan. Anak-anak tersebut umumnya mencari pelarian dan tidak jarang yang akhirnya terjerat dengan pergaulan bebas. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.
Dalam makalah ini, juga akan disebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk hindari perceraian dan selamatkan pernikahan:
  1. Buatlah daftar aspek negatif dari perceraian. Perceraian akan menyebabkan kerusakan pada status keuangan Anda. pasangan akan pergi dan akan ada tunjangan pasangan dan tunjangan anak, Anda terpaksa melupakan rencana pensiun lebih cepat karena tidak akan ada cukup uang!
  2. Buatlah daftar aspek-aspek positif menjaga pernikahan. Banyak sekali contoh orang yang hidup lebih lama dan lebih sehat saat mereka menikah, mungkin saat Anda memikirkan perceraian, anda sama sekali tidak merasa sehat, tetapi jika Anda menjaga pernikahan Anda dan memberikan kesempatan kedua, Anda mungkin mendapatkan kembali kehidupan bahagia yang pernah Anda rasakan.
  3. Kontrol kemarahan Anda dengan berhenti dan berpikir sebelum Anda merespon terhadap masalah. Berkurangnya kemarahan dalam rumah tangga berarti berkurangnya konflik suami istri dan terjaganya hubungan yang baik.
  4. Jika Anda memiliki masalah, berkomunikasilah dengan pasangan Anda. Atasi krisis rumah tangga yang ada secara bersama-sama. Jangan pernah beranggapan bahwa pasangan Anda tahu masalah apa yang sedang mengganggu Anda sehingga Anda tidak berkomunikasi dengannya.
  5. Saling percaya dengan pasangan Anda. Dengan membangun kepercayaan pasangan, hubungan dalam keluarga Anda akan berjalan harmonis.
Perceraian mungkin bisa menjadi jalan keluar yang mudah. namun, pernikahan dan keluarga adalah hal-hal yang layak dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Perceraian yang terjadi pada sebuah ikatan perkawinan dapat mengakibatkan dampak yang negatif pada seorang anak, yakni anak tersebut akan merasakan bahwa tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orangtuanya. Hal tersebut berpengaruh pada sikap dan tingkah laku anak di masa yang akan datang, misalnya anak memiliki sifat yang keras dan sulit di atur bahkan bisa sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif seperti narkoba dan minuman keras.
Apalagi pada zaman yang penuh dengan fitnah dan tipu daya ini, tidak jarang anak-anak yang orangtuanya bercerai tersebut terjerumus ke lembah syahwat dan perzinaan, ataupun mengkonsumsi obat-obat terlarang, sehingga akhirnya mereka menjadi sampah masyarakat. Tentulah hal ini sangat tidak diinginkan oleh setiap orang tua yang masih memilki akal sehat dan kehormatan, sebab akan mencoreng arang di muka mereka.
Bahkan tak jarang anak tersebut akan mencari perhatian dari orang lain atau bahkan ada yang merasa malu, minder, dan tertekan. Anak-anak tersebut umumnya mencari pelarian dan tidak jarang yang akhirnya terjerat dengan pergaulan bebas.
Perceraian bukanlah jalan keluar untuk menyelesaikan masalah, Malah sebaliknya perceraian dapat menimbulkan masalah baru seperti dampak yang timbul pada anak. Oleh karena itu selama perkawinan masih bisa dipertahankan hendaknya orangtua mempertahankannya. Karena perceraian memang dibolehkan tetapi Allah SWT tidak menyukai hal tersebut